December 6, 2024

GAPKI Sumatera Utara (Sumut)

Indonesian Palm Oil Association North Sumatra Chapter

Isu Negatif Kelapa Sawit Penghambat Pembangunan Ekonomi

July 9, 2019

Belakangan ini banyak tantangan yang dihadapi kelapa sawit dalam pengembangannya. Tak sedikit hal negatif mengarah komoditas andalan dan menjadi primadona di Indonesia karena telah memberikan dampak ekonomi luar biasa baik bagi rakyat maupun bagi pemerintah. Padahal, Kelapa sawit merupakan Perkebunan kelapa sawit menghasilkan keuntungan yang sangat besar. CPO yang dihasilkan memberikan kontribusi yang besar bagi devisa negara. Selain itu, perkebunan kelapa sawit juga menyumbangkan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Walaupun demikian, perlu dikaitkan dampak-dampak negatif yang ditimbulkan. Benarkah berdampak buruk dalam pengembangannya?

Tantangan pertama terkait isu kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. Kelapa sawit dianggap sebagai tanaman yang paling boros akan air. Sehingga dapat membahayakan kondisi lingkungan sekitar. Tak hanya itu, kelapa sawit jug diklaim dapat merusak mata air sehingga mengurangi suplai air. Padahal hakikatnya sawit tidaklah boros air bahkan menyimpan kadar air di dalamnya.
Bahwa tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang “tidak rakus air” dibandingkan dengan tanaman lain lebih nyata jika tolak ukur yang digunakan adalah efisiensi penggunaan air. Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman yang sangat efisien dalam pemanfaatan air. Untuk menghasilkan 1 giga joule bioenergi, tanaman kelapa sawit hanya membutuhkan sekitar 75 m3 air, jauh lebih rendah dari tanaman rapeseed (bahan baku minyak nabati paling dominan di Eropa) sebesar 184 m3 , kelapa 126 m3 , ubikayu 118 m3 , jagung 105 m3 , dan kedelai 100 m3 air (Leens, et al, 2008).
Dari fakta tersebut diatas jelaslah bahwa tanaman kelapa sawit sebenarnya tanaman yang hemat air dibandingkan banyak tanaman pertanian dan perkebunan lainnya apalagi dibandingkan dengan tanaman kehutanan.
Kompleksitas permasalahan sawit berlanjut pada Kawasan penanaman sawit. Dalam pengembangannya, telah banyak lahan yang digunakan untuk area perkebunan sehingga timbul opini yang dulunya hutan dan ada ekosistemnya kini telah hilang tentu ini sangat merugikan dan tentunya merusak lingkungan. Jika dikaji lebih mendalam, pemerintah sudah menetapkan mana Kawasan yang diizinkan untuk dikelola oleh manisoa dan mana Kawasan yang dijadikan hutan konservasi untuk melestarikan keanekaragaman flora, fauna dan ekosistemnya.
Tingginya laju pertambahan luas areal kelapa sawit merupakan indikasi yang sangat kuat dari semakin banyaknya daerah di Indonesia yang mengembangkan kelapa sawit, beberapa daerah yang secara intensif dan ekspansif membudidayakan kelapa sawit adalah Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Riau dan Jambi. Dalam 5 tahun yang akan datang produktivitas kelapa sawit diperkirakan akan semakin meningkat seiring semakin meningkatnya umur produktif kelapa sawit (Syafa’at et al., 2004).
Selanjutmyamasalah yang kerap kali dikaitkan yaitu pembakaran hutan. Tidak lazim jika Kelapa Sawit yang menjadi objek permasalah, yang yang menjadi masalah seharusnya oknum-oknum yang melakukannya, oknum yang tidak tertib aturan. Membuka lahan dengan membakar lahan  tentunya melanggar hukum. Tidak semua demikian, banyak pekebun dengan membuka lahan sesuai hukum, dengan menerapkan prinsip K3, yaitu Kesehatan, dan Keselamatan Kerja. Jadi kurang konkrit Kelapa Sawit yang menjadi penyebabnya.
Permasalahan tidak cukup dalam negeri saja. Namun ada kampanye hitam yang dilancarkan terhadap produk Kelapa Sawit atau minyak Kelapa Sawit (CPO) Indonesia semakin masif. Uni Eropa (UE) menerbitkan bebas kelapa sawit yang menyatakan membahayakan kesehatan. Namun tidak bisa menyertakan bukti ilmiah konkret dampak negatif kesehatan dari penggunaan atau konsumsi minyak sawit. (Sumber.CNN).
Salah satu tujuannya dikarenakan tingginya minat CPO sehingga mengurangi minat konsumen minyak dari kedelai. Yang kita ketahui kedelai merupakan komoditi andalan di eropa untuk jenis minyak. Dengan begitu  tentu negara-negara menggunakan Vegetable Oil sebagai alternatifnya.
Begitu besar peran kelapa sawit baik nasional dan menjadi perhitungan di kanca internasional. Pertanyaannya apakah kita sebagai rakyat Indonesia masih menganggap bahwa Kelapa Sawit memiliki dampak negatif yang besar?. Untuk itu perlu dukungan dalam pengembangn pertanian berkelanjutan dibidang Kelapa Sawit dengan pemahaman-pemahaman pertanyaan yang masih meragukan.
Dalam aspek ekonomi, industri minyak sawit berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan dalam bentuk sumber devisa dan pendapatan negara, pembangunan ekonomi daerah, dan peningkatan pendapatan petani (Tomic & Mawardi, 1995). Perkembangan industri minyak sawit juga bersifat inklusif, yakni menarik perkembangan sektor-sektor lain (Amzul, 2011). Bahkan, manfaat ekonomi sawit juga dinikmati masyarakat negara-negara pengimpor, seperti Uni Eropa, yakni memberi manfaat besar terhadap GDP, penerimaan pemerintah ataupun kesempatan kerja Uni Eropa (Europe Economics, 2014).
Pembangunan ekonomi industri tentunya diawali dari Nasional dengan penyatuan persepsi dan dukungan dari berbagai kalangan sehingga menjadikan pembangunan ekonomi yang kuat, maka pentingnya dilakukan usaha mewujudkannya antara lain penyuluhan, seminar dan bahkan tujuan dari essay ini dibuat. Stop persepsi buruk tentang Kelapa Sawit, mari bangun ekonomi dengan Kelapa Sawit.
Sumber :
Amzul, R. (2011). The role palm oil industry in Indonesia economy and its export   competitiveness (Disertasi Ph.D.). University of Tokyo, Jepang.
Europe Economics. (2014). The economic impact of palm oil imports in the EU.     London: Europe economics, Chancery House, 53–64 Chancery Lane.
Leenes, W.G, Hoekstra, A and Theo, M,   2008.The Water Footprint of Energy Consumption: an Assessment of Water Requirements of Primary Energy Carriers. ISESCO Science and Technologoe Vision. Vol 4 No.5
Tomich, T.P and Mawardi, M. S. 1995: Evolution of Palm Oil Trade Policy in Indonesia 1978-1991Elaeis 7(1): P 87-102.
Sawit.or.id
Judul Asli : Menepis Isu Negatif Kelapa Sawit Untuk Pembangunan Ekonomi
 

Jln. Murai 2 No. 40, Komp. Tomang Elok Medan 20122
Phone: +62-61-8473331 | Fax. +62-61-8468851 | Email: [email protected]

©2021 Indonesian Palm Oil Association, North Sumatra Chapter. All rights reserved.