Presiden RI, Joko Widodo berada di garis terdepan untuk menghadapi kebijakan diskriminasi biofuel sawit Eropa. Dalam pandangan Jokowi, kebijakan Eropa akan berdampak kepada kehidupan petani sawit.
“Bagi saya, jika terjadi diskriminasi seperti itu. Saya akan berjuang karena 16 juta petani dan pekerja di bisnis ini. Karena kelapa sawit menjadi komoditas strategis bagi Indonesia,” tegas Presiden dalam wawancara dengan Bloomberg. Sebagai informasi, Uni Eropa ingin membatasi bahan yang dapat digunakan dalam bahan bakar yang diperhitungkan untuk target energi terbarukan.
UE menetapkan batas waktu 2030 untuk menghapus minyak kelapa sawit, yang didukung para pencinta lingkungan karena mendorong penggundulan hutan dan perubahan iklim.
Namun rencana UE memicu kegusaran negara-negara produsen minyak sawit seperti Indonesia dan Malaysia, yang ekonominya tergantung pada komoditas ekspor minyak sawit. Presiden RI Joko Widodo bertekad untuk mendesak UE mengubah keputusannya tersebut. Bagi Indonesia, sawit dan industri terkaitnya berkontribusi sekitar empat persen terhadap produk domestik bruto [PDB] Indonesia dan menjadi mata pencaharian utama enam persen penduduk Indonesia. Indonesia tahun lalu memperoleh US$17,8 miliar dari ekspor minyak sawit, yang digunakan dalam berbagai produk mulai dari makanan hingga kosmetik.
Baik Indonesia dan Malaysia yang bersama-sama menghasilkan sekitar 85 persen minyak sawit dunia – sebelumnya telah memperingatkan mereka akan membalas tindakan UE. Presiden Jokowi menegaskan bahwa setelah kemenangannya dalam pemilihan presiden pada 17 April ia mendapat mandat untuk mengambil tindakan berani untuk meningkatkan ekonomi Indonesia.
Sumber : www.bumn.go.id
Judul Asli : Presiden Jokowi Bela 16 Juta Petani Sawit Yang Terkena Diskriminasi Eropa
July 15, 2019
Related
REGISTER NOW! 4th Oil Palm Marathon 2024 | RUN For Sustainable Oil Palm, Kebun Bengabing Sergai
10 Rekomendasi Pada IPOS Forum 2024, Singgung Percepatan PSR
IPOS Forum 2024: 9th Indonesian Palm Oil Stakeholders Forum